Jumat, 13 Mei 2011

_TABAH MENGHADAPI MUSIBAH_ by Yayasan Sosial dan pendidikan Islam. By Heri Yantono

Allah telah menetapkan takdir dan ajal seluruh makhluk-Nya, mengatur dan menentukan segalaamal perbuatan serta tindak-tanduk mereka. Lalu Allah membagi-bagikan rezeki dan harta duniawi kepada mereka. Allah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian, siapa di antara mereka yang terbaik amalannya. Allah juga menjadikan iman terhadap qadha dan takdir-Nya sebagai salah satu rukun iman. Setiap sesuatu yang bergerak atau berdiam di langit dan di bumi, pasti menuruti kehendak dan keinginan Allah. Dunia ini sarat dengan kesulitan dan kesusahan; diciptakan secarafitrah untuk dipenuhi dengan beban dan ancaman, aral rintangan serta berbagai cobaan.Tak ubahnya dingin dan panas, yang memang harus dirasakan oleh para hamba-Nya. Allah berfirman: �Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepadaorang-orang yang sabar. .� (Al-Baqarah:155) Berbagai musibah itu adalah batu ujian, untuk menentukan siapa di antara hamba-Nya yang benar dan yang tidak benar. Allahberfirman: �Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan(saja) mengatakan: �Kami telah beriman�, sedang mereka tidak diuji lagi?� (Al-Ankabut: 2) Jiwa manusia itu hanya dapat menjadi suci, setelahditempa. Ujian dan cobaan, akan memperlihatkan kesejatian seseorang. Ibnul Jauzi mengungkapkan: �Orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan abadi tanpa ujian dan cobaan, berarti ia belummengenal ajaran Islam dan tidak mengenal arti pasrah diri kepada Allah.� Setiap orang pastiakan merasakan susah, mukmin maupunkafir. Hidup ini memang dibangun di atas berbagai kesulitan dan marabahaya. Maka janganlah seseorang membayangkan bahwa dirinya akan terbebas dari kesusahan dan cobaan. Cobaan adalah lawandari tujuan dan memang bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan menikmatikelezatan hidup. Setiap orang pasti merasakannya, walau dengan ukuran yang berbeda, sedikit atau banyak. Seorang mukmin diberi ujian sebagai tempaan baginya, bukan siksaan. Terkadang cobaan itu ada dalam kesenangan, terkadang juga adadalam kesusahan. Allah berfirman:�Dan Kami coba merekadengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk,agar mereka kembali (kepada kebenaran�� (Al-A�raaf: 168) Satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, satuhal yang disukai kadang mendatangkan kesusahan. Janganlah merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja ia menimbulkan kemudaratan. Janganlah merasa putus asa karena kesulitan, karena bisa jadiakan mendatangkan kesenangan. Allah berfirman, artinya: �Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.� (Al-Baqarah: 216) Segala cobaan itu ada batasnya di sisi Allah. Jangan mengucapkan kata-kata makian, karena satu kata yang mengalir dari lidah, dapat membinasakan seseorang. Seorang mukmin yangkuat akan tegar menghadapi beban berat. Hatinya tidak akan berubah dan lisannya tidak akan mengutuk. Redamlah musibah itu dengan mengingat janji pahala dan kemudahan dari Allah, sehingga cobaan itu berlalu tanpa kita mengutukinya. Orang-orang berakal selalu menunjukkan ketegaran dalam menghadap musibah, agar mereka tidak mendapatkan ejekan musuh-musuh mereka. Karena bila mereka menampakkan musibah itu, para musuh mereka akan merasa senang dan gembira. Sebaliknya, menutup-nutupi musidah dan derita kelaparan adalah sifat orang-orang mulia. Ketabahan akan membendung bencana. Demikian cepatnya bencana itu berlalu, bila dihadapi dengan ketabahan. Paling kita hanya harus tabah menghadapi hari-hari yang pendek dalam hidup kita. Orang-orang yang binasa mengalami kebinasaan mereka hanya karena mereka tidak memiliki ketabahan. Orang-orang yang tabah, akan men-dapatkan pahala terbaik. Firman Allah: �Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. .�(An-Nahl: 96) Dan firman Allah, artinya: �Mereka itudiberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kabaikan, dan sebagian dari apa yang kami rizkikan kepada mereka, mereka nafkahkan.� (Al-Qashash: 54) Allahtidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah, melainkan karena Allah akan memberimu sesuatu yang lain. Allah hanya mengujimu, untuk memberikan keselamatan kepadamu. Allah hanya memberimu cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akandatang. Allah berfirman: �Tidak ada yang melata di bumi ini melainkan rezekinya ada di sisiAllah.� (Huud: 6) Bila dengan kebijaksanaan-Nya, Allah menutupsebagian rezeki, pasti Allah akan membukakan pintu rezeki yang lain yang lebih bermanfaat. Cobaan, justeru akan mengangkatderajat orang-orang shalih dan meningkatkan pahala mereka. Saad bin Abi Waqqash mengung-kapkan: �Aku pernah bertanya, �Wahai Rasulullah! Siapakah orangyang paling berat cobaannya?� Beliau menjawab: �Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalih-annya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ialemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap dibericobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.� (Riwayat Al-Bukhari)Seorang ulama mengungkapkan: �Orang yang diciptakan untuk masuk Surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musibah selainitu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun dosa. Orang yang benar-benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari mendapatkan pahala. Tidak usah risau dengan hilangnya sebagian dunia. Karena keberadaannya hanyalah satu kejadian, membicarakan dunia justeru menimbulkan kesedihan, jalan-jalan untuk mendapatkannya sarat dengan duka. Dalam mencari dunia, manusia akan tersiksa sebatas rasa dukanya. Orang yang senangmendapatkan dunia pada hakikatnya adalah orang yang sedih. Berbagai kepedihan bermunculan dari kenikmatan dunia. Berbagai kesedihan justerulahir dari kesenangan dunia. Abu Darda menyatakan: �Diantara bentuk kehinaan dunia di hadapan Allah adalah bahwa manusia berbuat maksiat selama ia di dunia, dan ia hanya bisa menggapai apa yang ada di sisi Allah dengan meninggalkan dunia. Maka hendaknya engkau menyibukkan diri dengan hal yanglebih berguna bagimu untukmengambil kembali yang mungkin hilang darimu, yakni dengan cara memperbaiki kekeliruan, memaafkan kesalahan orang, danmendekati pintu Ar-Rabb. Denganitu, engkau akan melihat betapa cepatnya musibah yang menimpamu itu menghilang. Kalau bukan karena kesusahan, engkautidak bisa mengharapkan saat-saat senang. Hilangkan hasrat terhadap yang menjadi milik orang, niscaya engkau akan menjadi yang terkaya. Jangan berputus asa, karena itu membawa kehinaan. Ingatlah nikmat Allah yang banyak kepadamu. Tepislah segala kesedihan dengan ridha terhadaptakdir dan dengan shalatdi malam yang panjang. Bila sudah habis malam, masih ada subuh yang datang menjelang. Akhir kesedihan adalah awal kebahagiaan. Masa tidak akan berdiam dalam satu kondisi, namun terus berganti. Segala kesulitan, pasti akan berangsur hilang. Jangan putus asa hanya karena musibah yang datang bertubi-tubi. Satu kesulitan, akandikalahkan oleh dua kemudahan. Merunduklah kepada Allah, pasti kesulitanmu akan sirnaselekasnya. Setiap orang yang penuh dengan ketabahan, pasti akan mendapatkan jalan keluar. Wallahu A'lam.